BERITA ONLINE

Rabu, 01 Juni 2011

Golkar: Kurikulum Pancasila Tak Boleh Hilang

Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie

Golkar akan mensikapi masalah ini secara serius.

Partai Golkar mempertanyakan penghapusan pendidikan Pancasila dalam kurikulum pendidikan. Penghapusan itu dilakukan karena  dianggap bahwa pendidikan Pancasila telah masuk dalam kurikulum pendidikan kewarganegaraan.

"Ajaran tentang Pancasila tidak boleh hanya menjadi bagian kecil dari mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKN). Pancasila tidak boleh dikerdilkan dengan hanya menjadi bagian dari pendidikan kewarganegaraan,” kata Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal Bakrie dalam siaran pers, Selasa 10 Mei 2011.

Oleh karena itu, pengurus pusa Golkar sudah menginstruksikan kepada Fraksi Partai Golkar (FPG) di DPR untuk mensikapi masalah ini secara serius. "Sikap Partai Golkar jelas, yakni kembalikan materi Pendidikan Pancasila menjadi bagian dari kurikulum pendidikan Indonesia secara khusus, karena materi Pendidikan Pancasila harus diajarkan secara tersendiri," tegasnya.

Menurut Aburizal Bakrie, penghapusan pendidikan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi adalah sebuah upaya untuk memotong anak bangsa ini dari akar budanya sendiri. Karena Pancasila adalah pintu gerbang masuk pelajaran tentang semangat nasionalisme, gotong royong, budi pekerti, nilai-nilai kemanusiaan, kerukunan dan toleransi bergama.

Gotong-royong yang dilandasi oleh semangat kekeluargaan bukanlah sebuah ungkapan klise. Gotong royong adalah sebuah nilai dasar, kristalisasi pengalaman satu generasi ke generasi lainnya dari himpunan manusia yang kita sebut manusia dan masyarakat Indonesia. Akhir-akhir ini, lanjut dia, dengan terjadinya berbagai kericuhan, konflik dan perselisihan yang kadang memakan korban yang menyedihkan, kita semakin diingatkan untuk kembali merenungkan jati diri Indonesia sebagai sebuah bangsa. 

Pancasila adalah ideologi yang dapat mempersatukan bangsa. Pancasila sebagai ideologi harus di terjemahkan ke dalam bahasa prilaku. Aburizal mengutip perkataan Bung Karno, bahwasanya, gotong-royong dan semangat kekeluargaan adalah saripati dari nilai-nilai ke-Indonesia-an, sebuah esensi dari kultur ke-Timur-an yang menjadi fondasi dari kehidupan bersama serta yang menjadi dasar nasionalisme Indonesia.
“Nilai inilah yang menjadi penopangnya kebhinekaan kita, tempat kita bisa mengekspresikan perbedaan, tetapi pada saat yang sama tetap menjaga persatuan bangsa,” ujarnya. (sumber: VIVAnews)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar